CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 14 Februari 2014

laporan kimia tentang korosi


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KOROSI

DISUSUN OLEH





YURIZQA PUTRI
XII IPA 1
SMAN 3 SINGKAWANG
2013/2014
A.    TUJUAN
Menunjukkan factor-faktor yang memengaruhi terjadinya korosi (karat) besi.

B.     DASAR TEORI
Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Sebagian orang mengartikan korosi sebagai karat, yakni sesuatu yang hampir dianggap sebagai musuh umum masyarakat. Karat (rust) adalah sebutan yang belakangan ini hanya dikhususkan bagi korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam.Walaupun besi bukan logam pertama yang dimanfaatkan oleh manusia, tidak perlu diingkari bahwa logam itu paling banyak digunakan, dan karena itu, paling awal menimbulkan masalah korosi serius. Karena itu tidak mengherankan bila istilah korosi dan karat hampir dianggap sinonim (Chamberlain, 1991).
Reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi yang disertai pertukaran elektron antara pereaksi, yang menyebabkan keadaan oksidasi berubah. Dari sejarahnya, istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian pengangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus disebut dengan oksidasi. Sekali lagi reaksi-reaksi lain dimana baiik oksigen maupun hidrogen yang tidak ambil bagian belum bisa dikelompokkan sebagai oksidasi atau reduksi sebelum definisi oksidasi dan reduksi yang paling umum, yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan elektron, disusun orang (Svehla, 1990).
Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvanik yang mempunyai hubungan pendek dimana beberapa daerah permukaan logam bertindak sebagai katoda dan lainnya sebagai anoda, dan rangkaian listrik dilengkapi oleh aliran electron menuju besi itu sendiri. Sel elektrokimia terbentuk pada bagian logam dimana terdapat pengotor atau di daerah yang terkena tekanan (Oxtoby, dkk., 1999).
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s)<--> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)
atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Besi yang murni adalah logam yang berwarna putih perak yang kukuh dan liat. Ia melebur pada suhu 1535oC. Jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silsida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Berbeda dengan tembaga, tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Melebur pada 1038o+C. Karena potensial elektroda standarnya positif, ia tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit (Svehla, 1990).
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atauelektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari prosesekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuksenyawabesi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Korosi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu logam dapat terkorosi dan kecepatan laju korosi suatu logam. Suatu logam yang sama belum tentu mengalami kasus korosi yang sama pula pada lingkungan yang berbeda. Begitu juga dua logam pada kondisi lingkungan yang sama tetapi jenis materialnya berbeda, belum tentu mengalami korosi yanga sama. Dari hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi korosi suatu logam, yaitu faktor metalurgi dan faktor lingkungan.
1.        Faktor Metalurgi
      Faktor metalurgi adalah pada material itu sendiri. Apakah suatu logam dapat tahan terhadap korosi, berapa kecepatan korosi yang dapat terjadi pada suatu kondisi, jenis korosi apa yang paling mudah terjadi, dan lingkungan apa yang dapat menyebabkan terkorosi, ditentukan dari faktor metalurgi tersebut.
Yang termasuk dalam faktor metalurgi antara lain :
a.       Jenis logam dan paduannya
                Pada lingkungan tertentu, suatu logam dapat tahan tehadap korosi.Sebagai contoh, aluminium dapat membentuk lapisan pasif pada lingkungan tanah dan air biasa, sedangkan Fe, Zn, dan beberapa logam lainnya dapat dengan mudah terkorosi.
b.       Morfologi dan homogenitas
                Bila suatu paduan memiliki elemen paduan yang tidak homogen, maka paduan tersebut akan memiliki karakteristik ketahanan korosi yang berbeda-beda pada tiap daerahnya.
c.        Perlakuan panas
                Logam yang di-heat treatment akan mengalami perubahan struktur kristal atau perubahan fasa. Sebagai contoh perlakuan panas pada temperatur 500-800 0C terhadap baja tahan karat akan menyebabkan terbentuknya endapan krom karbida pada batas butir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi intergranular pada baja tersebut. Selain itu, beberapa proses heat treatment menghasilkan tegangan sisa. Bila tegangan sisa tesebut tidak dihilangkan, maka dapat memicu terjadinya korosi retak tegang.

d.      Sifat mampu fabrikasi dan pemesinan
                Merupakan suatu kemampuan material untuk menghasilkan sifat yang baik setelah proses fabrikasi dan pemesinan. Bila suatu logam setelah fabrikasi memiliki tegangan sisa atau endapan inklusi maka memudahkan terjadinya retak.

2.       Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi korosi antara lain:
a.       Komposisi kimia
Ion-ion tertentu yang terlarut di dalam lingkungan dapat mengakibakan jenis korosi yang berbeda-beda.Misalkan antara air laut dan air tanah memiliki sifat korosif yang berbeda dimana air laut mengandung ion klor yang sangat reaktif mengakibatkan korosi.Gambar berikut menunjukkan pengaruh komposisi elemen paduan terhadap ketahan korosi terhadap paduan tembaga.
b.      Konsentrasi
Konsentrasi dari elektrolit atau kandungan oksigen akan mempengaruhi kecepatan korosi yang terjadi. Pengaruh konsentrasi elektrolit terlihat pada laju korosi yang berbeda dari besi yang tercelup dalam H2SO4 encer atau pekat, dimana pada larutan encer, Fe akan mudah larut dibandingkan dalam H2SO4 pekat. Pengaruh konsentrasi terhadap laju korosi dapat dilihat pada gambar berikut.
        Suatu logam yang berada pada lingkungan dengan kandungan O2 yang berbeda akan terbagi menjadi dua bagian yaitu katodik dan anodik. Daerah anodik terbentuk pada media dengan konsentrasi O2 yang rendah dan katodik terbentuk pada media dengan konsentrasi O2 yang tinggi.
c.       Temperatur
Pada lingkungan temperatur tinggi, laju korosi yang terjadi lebih tinggi dibandingkan dengan temperatur rendah, karena pada temperatur tinggi kinetika reaksi kimia akan meningkat.
Gambar berikut menunjukkan pengaruh temperatur terhadap laju korosi pada Fe. Semakin tinggi temperatur, maka laju korosi akan semakin meningkat, namun menurunkan kelarutan oksigen. Sehingga pada suatu sistem terbuka, diatas suhu 800C, laju korosi akan mengalami penurunan karena oksigen akan keluar sedangkan pada suatu sistem tertutup, laju korosi akan terus menigkat karena adanya oksigen yang terlarut.

d.    Gas, cair atau padat
          Kandungan kimia di medium cair, gas atau padat berbeda-beda. Misalkan pada gas, bila lingkungan mengandung gas asam, maka korosi akan mudah terjadi (contohnya pada pabrik pupuk). Kecepatan dan penanganan korosi ketiga medium tersebut juga dapat berbeda-beda.Untuk korosi di udara, proteksi katodik tidak dapat dilakukan, sedangkan pada medium cair dan padat memungkinkan untuk dilakukan proteksi katodik.
e.       Kondisi biologis
        Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dapat menyebabkan terjadinya korosi mikrobial terutama sekali pada material yang terletak di tanah.Keberadaan mikroorganisme sangat mempengaruhi konsentrasi oksigen yang mempengaruhi kecepatan korosi pada suatu material.

2.            Teori Ion Svante August Arrhenius 
Mengapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik?Penjelasan tentang permasalahan di atas pertama kali dikemukakan oleh Svante August Arrhenius (1859 – 1927) dari Swedia saat presentasi disertasi PhD-nya di Universitas Uppsalatahun 1884. 
Menurut Arrhenius, zat elektrolit dalam larutannya akan terurai menjadi partikel-partikel yang berupa atom atau gugus atom yang bermuatan listrik yang dinamakan ion. Ion yang bermuatan positif disebut kation, dan ion yang bermuatan negatif dinamakan anion.  
Peristiwa terurainya suatu elektrolit menjadi ion-ionnya disebut proses ionisasi. Ion-ion zat elektrolit tersebut selalu bergerak bebas dan ion-ion inilah yang sebenarnya menghantarkan arus listrik melalui larutannya.Sedangkan zat nonelektrolit ketika dilarutkan dalam air tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul yang tidak bermuatan listrik. 
Hal inilah yang menyebabkan larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan listrik. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan:  
1. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena zat elektrolit dalam larutannya terurai menjadi ion-ion bermuatan listrik dan ion-ion tersebut selalu bergerak bebas.  
2. Larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik karena zat nonelektrolit dalam larutannya tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul yang tidak bermuatan listrik. Zat elektrolit adalah zat yang dalam bentuk larutannya dapat menghantarkan arus listrik karena telah terionisasi menjadi ion-ion bermuatan listrik.Zat nonelektrolit adalah zat yang dalam bentuk larutannya tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak terionisasi menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul.  


C.    ALAT DAN BAHAN
1.      Gelas air mineral sebanyak 8 buah
2.      Paku besi yang tidak berkarat sebanyak 8 buah
3.      Plastic bening dan karet gelang
4.      Cuka makan
5.      Air




D.    CARA KERJA
1.      Menyusun  rangkaian percobaan dengan 8 buah gelas plastik seperti gambar berikut :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7AIDr2xM69SUWY0-OwnJyVyu4RLjp5kMoU9B27fKM5viHYn5K_WlL6ExpaIoXEWVonoYC4q8vbrVO8BYSfuCpiaBx5uYTWa9vDaYsDii7iRFmIHB87KirsRqJ_Dm3QYgMdwHv29Kt3A1V/s320/DSC_0000156.jpg
 2.      Mengamati keadaan paku setiap hari selama 2 minggu
3.      Mencatat setiap perubahan yang terjadi


































E.     HASIL


Perubahan yang terjadi pada paku hari ke-
Gelas Plastik


A
B
C
D
E
F
G
H


1
û
ü
ü
û
û
ü
ü
û


2
-
-
-
-
-
-
-
-


3
û
ü
ü
û
û
ü
ü
û


4
ü
ü
ü
Ÿ
ü
ü
ü
Ÿ


5
ü
ü
ü
Ÿ
ü
ü
ü
Ÿ


6
ü
ü
ü
Ÿ
ü
ü
ü
Ÿ


7
ü
ü
ü
Ÿ
ü
ü
ü
Ÿ


8
ü
ü
ü
Ÿ
ü
ü
ü
Ÿ


9
-
-
-
-
-
-
-
-








10
-
-
-
-
-
-
-
-


11
-
-
-
-
-
-
-
-



12
ü
ü
ü
Ÿ
ü
ü
ü
Ÿ

13
ü
ü
ü
Ÿ
ü
ü
ü
Ÿ

14
ü
ü
ü
Ÿ
ü
ü
ü
Ÿ
Keterangan : Berkarat = ü
                     Tidak berkarat = û
                     Berwarna hitam = Ÿ


                   

F.     PEMBAHASAN
Korosi merupakan proses rusaknya benda-benda, terutama logam yang disebabkan oleh reaksi kimia atau elektrokimia logam tersebut dengan lingkungannya. Contoh korosi yang paling sering terjadi adalah perkaratan besi, yaitu suatu reaksi kimia kompleks yang di dalamnya besi bergabung dengan oksigen dan air membentuk besi oksida yang terhidrasi (Fe2O3.nH2) . Proses perkaratan besi merupakan proses elektrokimia, yaitu oksidasi besi oleh oksigen yang berasal dari udara dan reduksi oksigen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi :
1.      Oksigen
Oksigen berperan dalam proses korosi karena oksigen mengalami reduksi pada bagian besi yang bertindak sebagai katode. Berdasarkan hal ini, maka semakin banyak oksigen di suatu tenmpat maka akan semakin cepat korosi besi (logam) di dalamnya terjadi.
2.      Air dan kelembaban udara
Seperti halnya oksigen, air juga berperan dalam proses korosi. Semakin sering logam (besi) terkena air, maka akan semakin cepat logam tersebut mengalami korosi. Selain itu, keberadaan uap air di udara yang dinyatakan dengan kelembaban juga mempengaruhi korosi besi. Dalam hal ini, udara yang banyak mengandung uap air (udara yang lembab) akan mempercepat korosi

3.      Zat elektrolit
Zat-zat elektrolit, terutama asam dan garam merupakan zat yang dapat mempercepat korosi logam. Sebagai contoh, hujan asam dapat memicu proses korosi pada beberapa peralatan yang terbuat dari logam, begitu juga dengan air laut yang mengandung garam dapat memicu terjadinya korosi pada badan kapal yang terbuat dari logam.
Untuk menyelidiki lebih lanjut tentang perkaratan besi tersebut dan juga menyelidiki faktor-faktor (oksigen, air dan keelektrolitan) yang mempengaruhinya serta membuktikan kebenaran teori yang kami dapat, kami melakukan penelitian selama 14 hari dengan membuat 8 kondisi berbeda pada masing masing gelas. Pengkondisian tersebut adalah sebagai berikut :
Label gelas
Pengkondisian
A
Paku diletakkan di dalam gelas terbuka (tanpa air)
B
Paku diletakkan di dalam gelas terbuka berisi air dan paku dibiarkan tenggelam sepenuhnya.
C
Paku diletakkan di dalam gelas terbuka berisi air, tetapi posisi paku diatur sedemikian rupa sehingga paku hanya terendam sebagian.
D
Paku diletakkan dalam gelas terbuka berisi larutan cuka (CH3COO-), dan paku dibiarkan dalam keadaan tenggelam
E
Paku diletakkan dalam gelas kosong yang tertutup
F
Paku diletakkan dalam gelas tertutup berisi air dan paku dibiarkan tenggelam.
G
Paku diletakkan dalam gelas tertutup berisi air, akan tetapi posisi paku diatur sedemikian rupa sehingga paku hanya terendam sebagian.
H
Paku diletakkan dalam gelas tertutup berisi larutan cuka (CH3COO-).
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan mengenai korosi. Kami menemukan bahwa dalam proses korosi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a)      Keberadaan oksigen (O2)
b)      Keberadaan H2O
c)      Keelektrolitan larutan
Pengaruh factor-faktor tersebut kami simpulkan dengan mengamati tingkat keparahan karat pada masing masing gelas yang telah dikondisikan berbeda tersebut.
Pada hari 1-14 perkaratan paling parah terjadi pada paku yang direndam dalam air di gelas yang terbuka. Hal ini jelas menunjukkan bahwa kombinasi antara air dan oksigen akan lebih memberikan efek yang lebih signifikan daripada keberadaan Osaja atau H2O saja.
Dalam penelitian ini, kami menemukan sedikit ketidak sesuaian antara teori dan data yang kami peroleh.Ketidaksesuaian ini adalah tentang pengaruh asam terdapat korosi. Dalam teori disebutkan bahwa asam akan mempercepat korosi, akan tetapi pada pengamatan kami dari hari ke-1 hingga ke-14 menunjukkan bahwa paku yang direndam dalam air cuka (asam) justru tidak mengalami perkaratan sama sekali. Paku yang direndam dalam air cuka terlihat lebih bersih dari sebelum dilakukan perendaman dan terlihat semakin hitam dari hari ke hari.Hal ini jelas bertentangan dengan berbagai teori yang telah dikemukakandan hal itu sempat membuat kami berkesimpulan bahwa teori yang kami baca tentang pengaruh asam terhadap perkaratan tersebut adalah salah.
Akan tetapi pemikiran kami seketika berubah ketika volume cuka sudah mulai menyurut dan menyebabkan sebagian batang paku muncul kepermukaan (tidak lagi terendam). Paku yang muncul ke permukaan tersebut hanya dalam beberapa jam saja sudah mengalami perkaratan yang cukup parah. Perkaratan tersebut semakin bertambah parah dan bahkan membentuk suatu lapisan karat yang tebal untuk hari-hari selanjutnya hingga akhir hari penelitian (hari ke-14) dan jauh melebihi karat pada paku yang direndam di air biasa. Hal ini membuat kami mengetahui bahwa asam akan sangat mempercepat korosi apabila ia telah berinteraksi dengan O2, dan akan mencegah korosi apabila ia tidak berinteraksi dengan O2.

G.    KESIMPULAN
1.      Korosi adalah proses suatu logam mengalami reaksi oksidasi di udara bebas. Korosi juga merupakan reaksi redoks antara logam dengan zat yang ada di sekitarnya dan menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki. Senyawa tersebut biasanya berupa oksida logam atau logam karbonat.
2.      Faktor yang menyebabkan terjadinya korosi :
            -Oksigen
            -Air
            -Keektrolitan larutan
            -Permukaan logam
            -Sel elektrokimia

H.    DAFTAR PUSTAKA

0 komentar:

Posting Komentar